Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Sebuah Jurnal Sang Pencari Kerja

Menjelang lulus kuliah, kawan-kawan mulai sibuk untuk mencari kerja. Sedangkan saya, masih radak ogah-ogahan untuk cari kerja. Ingin fokus tugas akhir begitu pikirku saat itu. Meskipun di career center kampus bertebaran lowongan kerja, namun tak ada satupun yang menarik perhatian. Beberapa orang terdekat mulai bertanya “kamu pengen kerja dimana?” Terutama kakak, dia orang orang terajin yang bertanya hal tersebut. Setiap kali dia pulang, dia tidak pernah absen bertanya “Ndek poltek wes ono lowongan opo ae ? Wes ngelamar nandi ae? Wes dipanggil psikotes a?”. Kalau sudah ditanya begini, biasanya saya hanya menjawab “Akeh, ngelamar ndek perusahaan seng aku sreg. Hurung”. Yang lebih menyebalkan lagi seringkali pertanyaan tersebut menjadi berbuntut lebih panjang. Mulai dari bertanya apakah ada teman-temanku yang dipanggil untuk mengikuti psikotes, dan kenapa kamu gak dipanggil psikotes. Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan yang paling bikin hati jadi gondok. Karena sebenarnya it

Contoh Syair

Sebelum membahas mengenai contoh syair, alangkah baiknya jika mengetahui apa itu syair. Dan bagaimana perkembangnnya. Tradisi masyarakat Arab dalam mengekspresikan perasaan, dengan syair sudah ada sejak dahulu. Bahkan, sebelum munculnya islam. Saat itu, isi syair ditulis didominasi oleh hal-hal yang bersifat duniawi sehingga dikenal sebagai syair Jahili. Diwan al-Arab yang berarti catatan sejarah bangsa Arab, merupakan salah satu bukti bahwa syair tak hanya digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Namun, juga sebagai media dalam untuk menginformasikan kondisi lingkungan, dan peperangan yang terjadi. Masyarakat umum seringkali kesulitan dalam memahami makna syair yang ditulis para Sufi. Sebab karakternya yang bersifat terbuka, padat, dan penuh makna.   Serta penggunaan lambang kenikmatan duniawi telah menjadi ciri khas syair sufi. Seiring dengan masuknya agama islam ke Indonesia. Masyarakat pribumi pun mulai mengenal syair. Dan melahirkan penyair-penyair yang sangat mahsyur seper

House of Sampoerna

House of Sampoerna Tidak hanya Jakarta saja yang memiliki kota tua, Kota Surabaya pun punya kawasan kota tua. Banyak bangunan peninggalan Belanda yang masih difungsikan hingga saat ini. Salah satunya adalah House of Sampoerna. Pabrik rokok pertama milik Sampoerna. Menurut sejarah, bangunan ini sudah ada sejak tahun 1858. Dulunya, difungsikan sebagai panti asuhan khusus laki-laki oleh Jonges Weezen Inrichting. Kemudian, bangunan tersebut dibeli oleh Liem Seeng Tee pada tahun 1932. Dji Sam Soe adalah merek dagang rokok yang diproduksi di tempat ini dan masih berlangsung hingga sekarang. 1.         Selayang Pandang Tahun 1898, Liem Tioe meninggalkan kampung halamannya di Fujian, China. Dengan harapan memiliki kehidupan yang lebih baik di tanah perantauan. Beliau membawa kedua anaknya, Liem Seeng Tee dan kakaknya untuk berlayar menuju Surabaya. Karena kondisi ekonomi yang serba kekurangan, akhirnya kakak Liem Seeng Tee diadopsi oleh orang Singapura. Sepeninggal ayahnya Liem