Sebuah Jurnal Sang Pencari Kerja
Menjelang lulus kuliah, kawan-kawan mulai sibuk untuk mencari kerja. Sedangkan saya, masih radak ogah-ogahan untuk cari kerja. Ingin fokus tugas akhir begitu pikirku saat itu. Meskipun di career center kampus bertebaran lowongan kerja, namun tak ada satupun yang menarik perhatian. Beberapa orang terdekat mulai bertanya “kamu pengen kerja dimana?” Terutama kakak, dia orang orang terajin yang bertanya hal tersebut. Setiap kali dia pulang, dia tidak pernah absen bertanya “Ndek poltek wes ono lowongan opo ae ? Wes ngelamar nandi ae? Wes dipanggil psikotes a?”. Kalau sudah ditanya begini, biasanya saya hanya menjawab “Akeh, ngelamar ndek perusahaan seng aku sreg. Hurung”. Yang lebih menyebalkan lagi seringkali pertanyaan tersebut menjadi berbuntut lebih panjang. Mulai dari bertanya apakah ada teman-temanku yang dipanggil untuk mengikuti psikotes, dan kenapa kamu gak dipanggil psikotes. Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan yang paling bikin hati jadi gondok. Karena sebenarnya it