Buah bibir di kalawangan Kami


Bulan puasa tahun ini saya memutuskan untuk bekerja sebagai freelance spg disalah satu toko busana muslim yang cukup terkenal. Namun, sayangnya menurut saya toko tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak adanya transparansi antara kepala toko dengan freelance spg.
Hal tersebut terlihat ketika saya melakukan interview. Dimana saya mencoba menanyakan tentang sistem kerja dan gaji kepada kepala toko. Namun, jawaban yang saya dapatkan adalah "Nanti ya mbak, kalau mbaknya sudah saya terima baru saya jelaskan"
Cukup mengecewakan
Kejadian kedua adalah ketika kami menandatangani surat perjanjian kontrak. Dipasal yang seharusnya menjelaskan mengenai gaji yang akan diperoleh. Tapi, lucunya tidak menyebutkan nominal gaji yang akan diperoleh oleh freelance tersebut.
Hal tersebut menjadi buah bibir diantaranya para freelance ramadhan. Saya dan teman-teman pun berinisiatif untuk bertanya kepada kepala toko. Dan lagi-lagi jawaban yang kami peroleh sangat tidak memuaskan. Kekhawatiran pun mulai muncul. Bagaimana jika ternyata gaji yang diperoleh tidak sepadan. Padahal kami semua sudah bekerja keras. Mau keluar sudah terlanjur tanda tangan kontrak. Yang membuat kami mau tidak mau harus menyelesaikan kontrak tersebut. Belum lagi suasana kerja yang tidak nyaman, menambah muram suasana. Namun, saya sadar ini bisa menjadi salah satu pengalaman yang akan memberi insight mengenai kondisi dunia kerja. Jika hanya karena masalah tersebut saja saya sudah ingin keluar.  Bagaimana nanti saya akan survive di dunia kerja yang lebih keras dan lebih banyak tantangannya. Toh, ini hanya satu bulan saja. Jadi, saya pun memutuskan akan tetap bertahan hingga masa kontrak berakhir.
Baiklah demikian kerandoman otak ini. Salam Semangat ❤️❤️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Duizhang's Biography and facts

House of Sampoerna